Take Picture |
Dunia jurnalistik mengisi
hari hariku ketika aku membuat tulisan dalam blog ini. Adalah sebuah pengalaman
dalam hidupku, bagaimana mungkin dengan basic kuliah di Teknik Mesin namun aku
harus bekerja di dunia jurnalistik. Tak bisa dibayangkan bahwa sesuatu yang
bertolak belakang.
Namun bila ditanya
kenapa aku bisa menulis? Sebenarnya sejak kecil aku suka membaca dan menulis.
Kemampuan semakin terasah ketika aku bekerja dalam dunia Jurnalistik sebagai
jurnalis televisi freelance (kontributor) dimana harus menjadi reporter
sakaligus kameraman.
Segala baik buruk dan
keluh kesah bercampur aduk dalam memburu berita. Setelah itu harus menulis
naskah dan mengedit gambar yang akan dikirim ke redaksi. Rutinitas yang memaksa
otak dan fisik pada setiap hari dan itulah perjalanan hidupku dari sepenggal umur hidupku.
Aku tak tahu ini harus berakhir sampai dimana namun yang pastinya aku harus hidup sampai mati. Karena bagiku hidup adalah sebuah perjalanan yang tiada henti bagai aliran air sungai yang akhirnya bermuara ke laut.
Aku percaya akan
adanya Tuhan bekerja dalam perjalanan hidupku sehingga aku bisa menghasilkan
karya jurnalistik dan aku berterima kasih akan hal ini.
Tak bisa dipungkiri
banyak cara yang dilakukan orang dalam mendefenisikan hidup. Dan beragam cara
pula yang dilakukan orang sebagai bentuk protes atas apa yang telah dilakukan
Tuhan pada kita ketika tidak sesuai dengan keinginan kita.
Gejolak mudaku
laksana kobaran api dengan lidah merontah ke langit seakan ingin membakar
langit biru ketika melihat seorang presenter televisi membawakan sebuah acara
dan membaca berita. Begitupun ketika melihat beberapa film-film box office
sepertinya aku ingin suatu saat aku ada di panggung itu.
Aku teringat pada sebuah
film box office berjudul “Act of Valor”
kisah tentang seorang prajurit dari sebuah pasukan khusus tentara Amerika “Navi
Seals” kalau di Indonesia mungkin setara dengan Kopaskhas milik AU atau Kopasus
milik AD. Pasukan yang berjumlah kurang lebih 7 orang ini selalu diterjunkan
dalam operasi khusus penyelamatan atau penyerangan dalam kantong musuh. Mereka
penuh dedikasi untuk negaranya.
Dalam sepenggal kisah ketika dalam sebuah penyergapan sebuah granat dilemparkan oleh musuh pada pasukan ini. Mengetahui bahaya ledakan Kapten dari pasukan ini segera menjatuhkan diri ke granat itu sehingga tidak sampai mematikan sahabat-sahabatnya namun meremukan tulang-tulangnya. Operasi itupun berhasil. Negaranya selamat dari ancaman. Namun naas sang Kapten pun gugur. Rupanya sebelum berangkat perang ia meninggalkan seorang istri yang sedang hamil tua. Sebelum pergi berperang istrinya sempat berkata “ Aku ingin melihat matamu ketika putra kita lahir”.
Dalam sepenggal kisah ketika dalam sebuah penyergapan sebuah granat dilemparkan oleh musuh pada pasukan ini. Mengetahui bahaya ledakan Kapten dari pasukan ini segera menjatuhkan diri ke granat itu sehingga tidak sampai mematikan sahabat-sahabatnya namun meremukan tulang-tulangnya. Operasi itupun berhasil. Negaranya selamat dari ancaman. Namun naas sang Kapten pun gugur. Rupanya sebelum berangkat perang ia meninggalkan seorang istri yang sedang hamil tua. Sebelum pergi berperang istrinya sempat berkata “ Aku ingin melihat matamu ketika putra kita lahir”.
Bagi sang Kapten
perang adalah soal keinginan, tak ada ruang untuk simpati, ketika menyerah maka
akan ia telah kalah dan itulah katika pengabdian pada negara ia rela
meninggalkan sang istri.
Sebelum gugur ia
pernah menulis di medan tempur dan dititipkan buat sang isteri untuk dibacakan
pada anaknya sebagai pesan:
“Ayahmu seorang pria yang baik, tumbuh tanpanya akan sangat sulit. Itu
akan terasa pedih. Kamu akan akan sendirian tanpa pemandu dan pelita. Kamupun
akan bertanya “Kenapa mesti aku? Kenapa mesti dia?”. Ingatlan darah ksatria
mengalir dalam nadimu lambang yang menjadikan ayahmu Pahlawan, yang juga akan
menjadikanmu pria yang ayah kagumi dan hormati. Masukan kepedihanmu dalam kotak
dan kuncilah. Seperti orang dalam lukisan (pahlawan) itu yang dikagumi ayahmu.
Kita laki-laki terbuat dari kotak, dari pedihnya ruang kekalahan dan kemenangan,
harapan dan cinta. Tak seorangpun yang lebih kuat dan lebih berbahaya , dari
pada seorang pria yang bisa mengendalikan emosinya. Masa lalunya, gunakan
sebagai bahan bakar dan amunisi, sebagai tinta penulis surat yang terpenting
dalam hidupmu. Jalani hidupmu dimana ketakutan kematian tidak pernah menyusupi
hatimu. Hargai kepercayaan orang lain. Hormati orang lain dan pandangannya dan
minta mereka menghormati pandanganmu. Cintai hidupmu, sempurnakanlah hidupmu,
perindah semua hal dalam hidupmu. Berusahalah panjang umur dan layani negaramu
sampai ajal menjemput. Janganlah seperti mereka yang hatinya diliputi rasa
takut akan kematian. Sehingga ketika kematian menjemput mereka menangis dan
berdoa diperpanjang waktunya untuk hidup selamanya dan tiada beda menyanyikan
lagu kematianmu. Gugurlah seperti pahlawan yang pulang ke rumah”.
Ada yang takut akan
kematian sehingga melihat hidup ini penuh ketakutan. Namun itulah hidup tanpa
kita menikmati segala tantangan yang ada di dalamnya kita adalah orang yang
mati suri. Bukankan Tuhan telah memberi kita napas ketika kita bangun dipagi
hari. Untuk apa harus selalu mengeluh tanpa tahu bersyukur. Hidup ini siarah.
Pejalanan hidup mencapai puncak ketika kematian menyambut. Jadilah pahlawan
untuk sisi hidupmu seperti sang kapten di “Act
of Valor ”.
Lebih baik jadi
berguna dari pada jadi hebat seperti
kata Filep Karma
Aku hanya bisa berdoa
dan berharap pada Tuhan kalau sekiranya dalam perjalanan hidupku ketika aku
tidak bekerja lagi dalam dunia jurnalistik namun jangan jauhkan aku dari kamera
karena darinya mungkin aku bisa mewartakan karya-Mu.
Menjadi Sang Kapten
dalam menuntun perjalanan hidupku sendiri. (“Live
Is Journey Sang Kapten!”.)
No comments:
Post a Comment