Saturday, 6 April 2013

SANG KAPTEN “Life Is Journey”


Take Picture

Dunia jurnalistik mengisi hari hariku ketika aku membuat tulisan dalam blog ini. Adalah sebuah pengalaman dalam hidupku, bagaimana mungkin dengan basic kuliah di Teknik Mesin namun aku harus bekerja di dunia jurnalistik. Tak bisa dibayangkan bahwa sesuatu yang bertolak belakang.

Namun bila ditanya kenapa aku bisa menulis? Sebenarnya sejak kecil aku suka membaca dan menulis. Kemampuan semakin terasah ketika aku bekerja dalam dunia Jurnalistik sebagai jurnalis televisi freelance (kontributor) dimana harus menjadi reporter sakaligus kameraman.
Segala baik buruk dan keluh kesah bercampur aduk dalam memburu berita. Setelah itu harus menulis naskah dan mengedit gambar yang akan dikirim ke redaksi. Rutinitas yang memaksa otak dan fisik pada setiap hari dan itulah  perjalanan hidupku dari sepenggal  umur hidupku.

Aku tak tahu ini harus berakhir sampai dimana namun yang pastinya aku harus hidup sampai mati. Karena bagiku hidup adalah sebuah perjalanan yang tiada henti bagai aliran air sungai yang akhirnya bermuara ke laut.


Aku percaya akan adanya Tuhan bekerja dalam perjalanan hidupku sehingga aku bisa menghasilkan karya jurnalistik dan aku berterima kasih akan hal ini.

Tak bisa dipungkiri banyak cara yang dilakukan orang dalam mendefenisikan hidup. Dan beragam cara pula yang dilakukan orang sebagai bentuk protes atas apa yang telah dilakukan Tuhan pada kita ketika tidak sesuai dengan keinginan kita.

Gejolak mudaku laksana kobaran api dengan lidah merontah ke langit seakan ingin membakar langit biru ketika melihat seorang presenter televisi membawakan sebuah acara dan membaca berita. Begitupun ketika melihat beberapa film-film box office sepertinya aku ingin suatu saat aku ada di panggung itu.

Aku teringat pada sebuah film box office berjudul “Act of Valor” kisah tentang seorang prajurit dari sebuah pasukan khusus tentara Amerika “Navi Seals” kalau di Indonesia mungkin setara dengan Kopaskhas milik AU atau Kopasus milik AD. Pasukan yang berjumlah kurang lebih 7 orang ini selalu diterjunkan dalam operasi khusus penyelamatan atau penyerangan dalam kantong musuh. Mereka penuh dedikasi untuk negaranya.

Dalam sepenggal kisah ketika dalam sebuah penyergapan sebuah granat dilemparkan oleh musuh pada pasukan ini. Mengetahui bahaya ledakan Kapten dari pasukan ini segera menjatuhkan diri ke granat itu sehingga tidak sampai mematikan sahabat-sahabatnya namun meremukan tulang-tulangnya. Operasi itupun berhasil. Negaranya selamat dari ancaman. Namun naas sang Kapten pun gugur.   Rupanya sebelum berangkat perang ia meninggalkan seorang istri yang sedang hamil tua. Sebelum pergi berperang istrinya sempat berkata “ Aku ingin melihat matamu ketika putra kita lahir”.


Bagi sang Kapten perang adalah soal keinginan, tak ada ruang untuk simpati, ketika menyerah maka akan ia telah kalah dan itulah katika pengabdian pada negara ia rela meninggalkan sang istri.

Sebelum gugur ia pernah menulis di medan tempur dan dititipkan buat sang isteri untuk dibacakan pada anaknya sebagai pesan:

Ayahmu seorang pria yang baik, tumbuh tanpanya akan sangat sulit. Itu akan terasa pedih. Kamu akan akan sendirian tanpa pemandu dan pelita. Kamupun akan bertanya “Kenapa mesti aku? Kenapa mesti dia?”. Ingatlan darah ksatria mengalir dalam nadimu lambang yang menjadikan ayahmu Pahlawan, yang juga akan menjadikanmu pria yang ayah kagumi dan hormati. Masukan kepedihanmu dalam kotak dan kuncilah. Seperti orang dalam lukisan (pahlawan) itu yang dikagumi ayahmu. Kita laki-laki terbuat dari kotak, dari pedihnya ruang kekalahan dan kemenangan, harapan dan cinta. Tak seorangpun yang lebih kuat dan lebih berbahaya , dari pada seorang pria yang bisa mengendalikan emosinya. Masa lalunya, gunakan sebagai bahan bakar dan amunisi, sebagai tinta penulis surat yang terpenting dalam hidupmu. Jalani hidupmu dimana ketakutan kematian tidak pernah menyusupi hatimu. Hargai kepercayaan orang lain. Hormati orang lain dan pandangannya dan minta mereka menghormati pandanganmu. Cintai hidupmu, sempurnakanlah hidupmu, perindah semua hal dalam hidupmu. Berusahalah panjang umur dan layani negaramu sampai ajal menjemput. Janganlah seperti mereka yang hatinya diliputi rasa takut akan kematian. Sehingga ketika kematian menjemput mereka menangis dan berdoa diperpanjang waktunya untuk hidup selamanya dan tiada beda menyanyikan lagu kematianmu. Gugurlah seperti pahlawan yang pulang ke rumah”.  
  
Ada yang takut akan kematian sehingga melihat hidup ini penuh ketakutan. Namun itulah hidup tanpa kita menikmati segala tantangan yang ada di dalamnya kita adalah orang yang mati suri. Bukankan Tuhan telah memberi kita napas ketika kita bangun dipagi hari. Untuk apa harus selalu mengeluh tanpa tahu bersyukur. Hidup ini siarah. Pejalanan hidup mencapai puncak ketika kematian menyambut. Jadilah pahlawan untuk sisi hidupmu seperti sang kapten di “Act of Valor ”.
Lebih baik jadi berguna dari pada jadi hebat  seperti kata Filep Karma

Aku hanya bisa berdoa dan berharap pada Tuhan kalau sekiranya dalam perjalanan hidupku ketika aku tidak bekerja lagi dalam dunia jurnalistik namun jangan jauhkan aku dari kamera karena darinya mungkin aku bisa mewartakan karya-Mu.

Menjadi Sang Kapten dalam menuntun perjalanan hidupku sendiri. (“Live Is Journey Sang Kapten!”.)

No comments:

Post a Comment